Monday, February 23, 2015

Affliction

I think being loved by someone is not my thing. Lao Tzu once said that "being deeply loved by someone gives you strength while loving someone deeply gives you courage."  If that quote is true, then my life is shit. A mess. I do not think that I have got strength from being loved by someone else. I mean, how come it happens? What I have got from being loved is just... a fear. A feeling of anxiety. I am afraid, I worry. Worry too much when someone loves me or even only likes me. The reason? Well honey, my own self actually does not know and understand why this could happen.

Was I born to love and not to be loved? That is the question that haunts me every time. I always fall in love with someone who does not know that I exist. Someone who does not love me back. Someone who I can not approach. But does it hurt me? Yes, but rather than being loved, I choose myself to be in love. I choose myself to be hurt. To jump in misery. Because I do not want someone else gets hurt for loving me, so I choose myself to be damaged, to be aching. Don't you know that we are all masochists in life? The one who takes pleasure in pain? 

Every time someone starts to show the signs of falling in love, I get up and go. I will be someone who I don't perceive. I'm depressed, I'm stressed. All-day. Someone ever told me that I was so mean and evil. But don't you know that I'm here bleeding too? That I'm here do feel pain? Do you think that's easy for suddenly ignoring and keeping someone's distance while actually, I don't suppose to be like that? And do you want to know what is the reason behind it? It because I make you easy to move on from me. So you will know from the very first time that we are not meant to be. That I don't want you.  

Does it mean that I don't appreciate someone's feelings? No, it doesn't. I appreciate everyone's feeling. But then again, I always have this motto in my life that I won't be in a relationship with the one I don't love.

Shit. 
What did I just write up there?
But, well, I just can't stop this feeling. 
The feeling of I'm going to hurt someone again.


Love,
NM.

Sunday, February 22, 2015

Sajak Duka

Tertinggal jauh tanpa pelukan
Dari ayah yang kembali pulang 
Tertinggal jauh tanpa arahan 
Dari ayah yang kembali pulang 

Ceritakan pada kami, 
anak yang tertinggal 
Bagaimana mengutarakan rindu 
Yang mendesak keluar terburu 

Ceritakan pada kami, 
anak yang tertinggal 
Bagaimana memeluk tubuh 
Yang telah tak ber-ruh 

Dan kepada Sang Pemilik tubuh, 
titipkan salam rindu dan sayang 
Serta doa, 
untuk menyelimuti ayah kami tercinta 

Di sana, dalam peluk-Mu.

Tuesday, February 10, 2015

3 Days 2 Nights: Bandung Trip

Udah lama nggak jalan - jalan. Mencoba hal - hal baru, pergi ke tempat - tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Sampai akhirnya wishlist pergi ke Bandung bersama teman - teman terceklis sudah! Yep, liburan semester satu ini gue ke Bandung. Walaupun cuma tiga hari dua malam aja, tapi jelas berkesan. Mungkin Bandung udah sering dijadikan destinasi wisata buat gue, tapi tempat - tempat yang kali ini gue kunjungi hampir 80% belum pernah gue datangi sebelumnya. 

Yang bikin beda dari perjalanan ini adalah, kita bener - bener backpacker. Kita berlima semuanya gendong - gendong tas yang, beuh, lumayan berat dan besar untuk digunakan setiap kali kita singgah ke tempat - tempat wisata. Malu? Jelas nggak. Keliatan aneh? Pasti! Gue bisa bayangin gimana orang - orang ngeliat kita saat kita turun dan naik angkot. Satu hal yang bikin bangga sama perjalanan gue kali ini adalah: kita nggak pakai taksi untuk jalan - jalan! Semua kita gunain angkot sebagai transportasi setia. Ya meskipun ada satu hari kita sewa mobil pribadi mengingat destinasi yang mau kita datangi nggak dilalui oleh angkot, hehe. Jadi, destinasi apa aja, Nik, yang lo datengin? Itinerary-nya gimana? Well, darling, let's check this out!

Day 1

Janjian sama anak - anak di stasiun Tanjung Barat untuk naik travel. Awalnya kita udah booking travel buat jam tujuh pagi, tapi karena penyakit jalanan atau macet, kita cancel jadwal. Dari jam tujuh, akhirnya kita berangkat jam delapan. Untuk travel kali ini kita naik Baraya Travel soalnya harganya lumayan ekonomis hihi. Untuk harga normal dikenakan Rp85.000, sedangkan untuk harga mahasiswa Rp70.000 aja. Cara dapetin harga mahasiswa gampang kok, lo cukup kasih fotokopi kartu KTM lo dan tada! Harga pun berubah sesuai kantong mahasiswa. 

Sampai di Bandung, kita diturunin di pool Pom Bensin Suci. Kira - kira jam 10an kita sampai. Awalnya bingung mau ke mana. Ya walaupun kita udah ngelist tempat - tempat mana aja yang mau kita datengin, tetap aja itu kurang membantu. Kiri.travel, situs yang dianggap akan nemenin kita selama perjalanan karena isinya ngejelasin rute - rute dan angkot apa yang harus kita ambil, juga nggak membantu. Akhirnya berdasarkan kesoktahuan kita dan tanya teteh - teteh serta aa - aa di jalan, berakhirlah kita naik angkot Dago - Caringin. Niatnya kita mau ke Dago, biar jalan - jalannya lebih deket ke guest house aja sih. Cuma ternyata.. Yak! Kita salah naik angkot. langsung deh ngobrol - ngobrol sama aa angkotnya aja. Bilang kalau kita mau turun di Dago, tapi ternyata angkotnya mau ke Caringin.  Yaudah akhirnya muter - muterlah kita naik angkot. Pada dasarnya gue nggak papa jalan - jalan gitu. Emang niatnya gue mau get lost. Karena menurut gue, pengalaman dan ilmu yang didapat pasti akan lebih seru dan terkenang. Setelah muter - muter, sama aa-nya kita diturunin di bawah flyover di Cikapayang Dago. Angkot pertama kali yang kita naikin dan satu - satunya angkot yang paling mahal kita bayar, Rp10.000 man perorang.. Gila!

Dari flyover lanjut naik angkot ke arah Masjid Raya Bandung. Kenapa? Karena waktu udah mendekati dzuhur dan juga mau nyobain alun - alun Bandung yang baru! Barunya karena sekarang udah ditambah pakai rumput sintetis, jadilah kita sans - sans di sana sekalian istirahat sholat dzuhur.

Girls day out!

Senang - senang
Bangunan sekitar Masjid Raya

Setelah sholat dzuhur dan foto - foto cantik di alun - alun, kita semua kelaperan. Oh iya, alun - alun Bandung ini menurut gue bagus! Ciamik banget penataannya. Sayang waktu kita ke sana matahari lagi terik - teriknya. Walaupun begitu sih masih banyak orang yang datang dan duduk - duduk sambil pakai payung. Nggak jarang juga siswa - siswi SMA yang berdiskusi di pinggir alun - alun. Dari alun - alun kita putusin buat makan di Paskal Food Market. Langsung lah naik angkot dari alun - alun ke Paskal. Naik angkotnya cukup sekali aja dan bayarnya cuma Rp4.000. Rata - rata angkot di Bandung Rp4.000an. Atau paling mahal itu Rp5.000--biasanya untuk tujuan awal angkot sampai tujuan akhir angkot. Dari tempat turun angkot ternyata nggak langsung sampai di Paskal, kita diharuskan jalan kaki dulu. Ya lumayan lah ya kalau bawa - bawa gendongan berat gini mah.

Pemandangan di sebelah kiri jalan saat menuju Paskal Food Market
Masuk ke dalam komplek Paskal langsung ada resto terkenal "Terserah"

Paskal Food Market ini tempatnya mungkin hampir sama kayak Ah Poong di Sentul atau Pasar Apung Lembang. Correct me if I'm wrong, soalnya konsepnya hampir sama. Satu tempat yang isinya banyak food stall di mana - mana. Jenis makanannya pun beda - beda dan menurut gue harganya juga lumayan. Hehe, lumayan mahal untuk para backpackers. Niatnya sih nggak mau makan 'hedon', tapi apa daya.. For having lunch in this place, at least, we have to spend our money for about Rp50.000. Tergantung makanannya sih, cuma kalau dihitung - hitung ya jatohnya bisa segitu lah ya untuk seporsi makanan dan minuman.

Mie kocok x steak. Lokal x western.
Foodstall di mana - mana
Let's throw a coin!

Lumayan banyak waktu kita habiskan di Paskal ini, jam lima sore baru kita pergi ke penginapan. Butuh dua angkot untuk sampai di penginapan kita di Dago. Untuk jalan - jalan kali ini, kita semua menginap di Bantal Guling Guesthouse. Kenapa milih di sini? Karena murah dan dekat dengan pusat kota! Anggep aja ya pusat kotanya tuh Simpang Dago gitu, hehe. Rate permalam untuk satu kamar yang isinya empat orang Rp330.000, karena kita berlima, jadilah angka itu kita bagi lima. Harusnya kita kena charge untuk penambahan orang dari batas maksimal kamar. Tapi beruntungnya kita, kita nggak diminta. So glad!

Kesan pertama kali waktu menapakkan kaki di guesthouse satu ini.. "Wah, untuk harga segini bisa dapet yang kayak gini sih super super super worth it sekali." Nyaman dan sangat homey. Untuk foto - foto dan lokasi bisa dicek di link yang udah gue kasih ya, klik aja Bantal Guling Guesthouse di atas. Di sana kita juga dapat sarapan untuk tiap orang dan setiap pagi. Dan sarapannya nasi serta banyak lauk pauk! Teh juga bisa kita dapat, tapi self-service, nyeduh sendiri gitu. Cuma memang lokasi guesthouse ini lumayan terpencil. Lokasinya di dalam komplek gitu, jadi mau nggak mau kita mesti jalan dari depan komplek. But it's okay, jalannya nggak jauh - jauh banget kok. Lo juga bisa dapat pemandangan yang indah dari guesthouse di sini, karena letaknya yang berada di atas--tinggi--jadi lo bisa liat indahnya Bandung dari kejauhan.

Sekitar jam delapan malam, kita lapar. Butuh makan malam. Tapi untuk jalan ke luar komplek cari makan jelas nggak memungkinkan. Pasti komplek sepi dan bahaya malam - malam pergi tanpa adanya kendaraan. Alhasil kita mintalah ke petugas guesthouse untuk beli makan malam. Ternyata.. Petugas yang megang kunci dapur, nggak bawa kuncinya. Tapi dengan baik hati petugas guesthouse menawarkan untuk ngebeliin kita makan malam. Jadi nanti kita tinggal bayar uang bensinnya aja. Gue nggak bisa henti - hentinya bersyukur di sini.. Super bangga dan senang sekali dengan guesthouse satu ini! Akhirnya kita menyantap nasi goreng tek - tek seharga Rp12.000 sebagai penutup malam ini.

Day 2

Jam sembilan pagi kita udah siap untuk melancong alam Bandung. Untuk hari ke dua kita nyewa mobil plus driver dari Mega Rent Car. Kita sepakat di angka Rp350.000, tapi ini belum termasuk bensin dan uang makan driver. Mobil yang kita gunakan yaitu mobil Avanza. Untuk lama pemakaian sebenarnya bisa nggak terbatas, si empunya nggak bilang ada penambahan biaya untuk kelebihan pemakaian soalnya. Jadi menurut kita, harga segini udah lumayan lah ya. Apalagi driver kita Pak Dadan! Pak Dadan ini orangnya ramah, super baik, sabar, ngobrol sama kita juga nyambung - nyambung aja. Jadi selama perjalanan ke destinasi hari kedua, kebanyakan kita ngobrol sama Pak Dadan. Pak Dadan ini udah sering kali jadi langganan driver-nya band Mocca. Dan beliau juga akrab dengan Ryan D'masiv. "Saya sih kenal Ryan dari waktu dia masih cupu. Sering banget main ke rumah, terus nanya, 'ini lagunya bagus nggak ya pak?' lagu buatannya ke saya" begitu katanya. Sebenarnya bisa aja nyewa mobil langsung ke Pak Dadan, jadi bagi kalian yang mau jalan - jalan di Bandung tapi nggak ada kendaraan dan mau ditemenin sama ahlinya, silakan hubungi Pak Dadan di nomer ini 085282834231.

Untuk hari ke dua ini kita udah menjadwalkan untuk pergi ke Tebing Keraton, Dusun Bambu, dan Bukit Moko. Kok rata - rata berbau alam semua? Iya, tema hari kedua kita #backtonature. Kembali ke alam (Ini sih alasan aja sebenarnya, gara - gara nggak jadi nanjak ke Papandayan terus maunya liat yang ijo - ijo)

Ternyata Tebing Keraton dekat juga ya sama penginapan, nggak jauh kalau dibandingkan dengan destinasi lainnya. Tebing Keraton sebenarnya udah lama ada, tapi baru terkenal aja sekarang, katanya. Berkat instagram, Tebing Keraton sekarang jadi hits. Hail to Instagram! Walaupun ke destinasi ini kita naik mobil. Tapi akan ada tempat terakhir pemberhentian mobil. Nah dari situlah kita dikasih dua opsi, jalan atau naik ojek. Awalnya kita ditawarkan harga Rp50.000 untuk naik ojek. Beh, mahal amat, gue pikir. Kenapa? Soalnya ada temen gue yang nggak lama baru dari sana juga, dan dia dapat harga Rp30.000 untuk ojek dan PP. Akhirnya kita minta tolong ke Pak Dadan untuk nawar siapa tau kalau pakai bahasa Sunda bisa mau dan lebih murah, hihi. Dan berhasil! Walaupun nggak semurah temen gue, but atleast, kita dapat ojek PP seharga Rp35.000. Terima kasih banyak, Pak Dadan!

Perjalanan ke Tebing cukup melelahkan walaupun naik ojek. Percaya sama gue, bawaannya mau istighfar mulu pas di ojek. Jalanannya tanjakan, curam, banyak kerikil, dan ojeknya lumayan ngebut--karena nanjak. Apalagi pas perjalanan pulang dari Tebing, ya Allah tolong! Mana motor yang gue tumpangi, jok belakang motornya agak naik kan.. Ya udahlah yah, nasib. Oh iya, abang ojeknya setia loh. Mau selama apapun lo di Tebing, pasti lo akan ditungguin. Jadi sans aja.

Jalanan setapak menuju tebing dari loket masuk

Untuk masuk ke tebing, lo dikenakan biaya tiket masuk. Perorang diharuskan bayar Rp11.000. Waktu kita ke sana, tebing nggak terlalu ramai. Mungkin karena kita datangnya di hari biasa kali yah. Satu pengalaman seru yang gue dapat di sana adalah kita kenalan sama kelompok riders dari Jakarta. Kok bisa? Iya, gue lupa awalnya gimana. Kalau nggak salah mereka mau foto bareng - bareng dan nggak ada yang motoin. Jadilah gue menawarkan diri untuk motoin. It's funny how helping other people doesn't require us to know each other first, but why some people still won't help others? I think we don't need reasons to help someone, to help other people. Do good, give a hand, be kind, if you can. Gue percaya bahwa kebaikan akan selalu dikawani dengan kebaikan pula. Kebaikan serta pertolongan yang berbondong - bondong akan datang kepada kita. And it's true. After I helped them, they--the bikers--helped us to go down to the cliff. They watched us and looked after our bags. Satu hal yang menyejukkan, ketika mereka ingin pergi dan kita masih ada di bawah. Salah satu dari mereka bilang, "eh nanti dulu, ini mereka gimana naiknya nanti?" Akhirnya mereka nggak jadi pergi duluan, dan kita berakhir dengan wefie! Terima kasih aa aa.

Wefie!
A candid shoot at its best
Duduk di tebing, ceklis!
Ceklis!

Waktu turun  ke tempat parkir mobil, gue sempet ngobrol sama abang ojek. Nanya, apa setiap hari Tebing Keraton sesepi ini. Ternyata kalau hari biasa, tebing ini ramai di jam - jam matahari terbit. Jadi orang - orang yang datang emang niatnya ngejar buat liat sunrise. Sedangkan tebing baru ramai dan penuh ketika weekend aja, katanya. Oh iya, tiket masuk ke Tebing Keraton ternyata udah sekalian tiket masuk ke Tahura, Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda. Jadi bisa sekalian ke sana, asal tiket nggak hilang aja. Cuma karena kita ngejar waktu juga dan memang nggak ada rencana sama sekali ke Tahura, akhirnya kita nggak sempatkan diri untuk mampir ke sana.

Dari tebing kita langsung cau ke Dusun Bambu, lumayan lah perjalanannya agak lama. Sampai di Dusun Bambu udah sekitar jam makan siang. Ohiya, untuk harga tiket masuk perorang dikenakan Rp10.000 dan untuk parkir Rp15.000. (Di sini Pak Dadan tidak terhitung tiket masuk, cukup tiket parkir aja) Langsung deh kita pisah sama Pak Dadan dan mulai mencari tempat untuk makan. Begitu sampai di lokasi, gue lumayan bingung sama tempatnya. Banyak jenis dan macam tempat makan, ada yang bentuknya nest, ada yang ditepi danau, ada juga di restoran, serta rumah - rumah kayu kecil dan lucu. Kita pilih di tempat makannya aja, di dekat food stalls. Lucunya di sini, uang asli yang biasa kita pakai harus ditukarkan dengan uang - uangan untuk bisa membeli makanan ataupun minuman. Tapi bahayanya, uang yang udah ditukarkan jadi uang - uangan nggak bisa ditukarkan lagi dengan uang asli. Makanya disini harus dibuat perhitungan yang mantap, seenggaknya kalian harus tau berapa jumlah uang yang mesti kalian tukarkan. Sehingga pas dengan jumlah harga makanan yang kalian beli. Jadi tidak bersisa deh. Kalau dilihat dari harga yang tertera, di sini untuk makanan paling murah Rp30.000an, minuman Rp20.000an, sedangkan di sini juga banyak banget dessert - dessert lucu kayak es krim singapore, es doger dll,  biasanya harga dimulai dari Rp15.000an.

Dusun Bambu benar - benar a family theme park. Jelas merupakan tempat yang indah bagi para keluarga untuk menghabiskan akhir pekan. Selain tempat makan, di sini juga banyak tempat bermain. Ada juga taman yang dihiasi bunga - bunga. Sungai - sungai kecil buatan juga ada di sini. Lengkap! Suasana desa benar - benar tersirat di sini. Sayangnya waktu kita di sini, cuaca lagi kurang baik. Hujan rintik - rintik dan gerimis selalu ada. Jadi untuk menelusuri tempat ini kurang puas, apalagi hujannya sampai sore. Terjebak lah kita di sini. Baru ketika sekitar jam enam kita berangkat lagi. Kata Pak Dadan, kalau hujan susah untuk ke Bukit Moko  karena jalannya yang tidak mendukung. Apalagi juga udah sore menjelang malam. Akhirnya kita batalkan rencana kita ke Bukit Moko.

Serenity
Bisa disewa buat tempat makan
Tempat beradanya food stalls
Restoran Dusun Bambu
Tempat bermain
Taman bunga
Heart warms!
Bukit Moko cancel, mau pulang juga masih terlalu 'pagi' istilahnya. Bingung mau ke mana, akhirnya kita tanya Pak Dadan tempat jalan - jalan yang enak untuk suasana malam. Pak Dadan memberi rekomendasi untuk makan malam di daerah Punclut. Mungkin kalau di sini bisa sama kayak daerah Puncak ya? Soalnya ini lokasinya lumayan berada di atas--puncak. Jadi dari tempat kita makan, kita bisa liat Bandung dari jauh, semacam kelap - kelip kota. Awalnya kita nggak tau kalau ternyata daerah Punclut itu cuma satu jalanan raya besar yang di pinggir - pinggirnya banyak rumah makan. Pak Dadan bilang, kalau khasnya di Punclut itu nasi merah. Jadilah kita memilih ke salah satu rumah makan di Punclut yang menunya serba bakar dan goreng, dari ayam, ikan, cumi, sampai tahu dan tempe. Untuk harga kali ini gue bisa bilang murah dan worth it! Soalnya makanannya enak banget dan suasananya indah. Walaupun di sana dingin banget, kalau ngomong kita semua sampai berasap, hahaha. Untung kita semua nggak ada masalah sama nasi merah, ternyata di rumah makan ini nggak nyediain nasi putih, Kata temen gue yang biasa makan nasi merah, nasi merahnya beda sama nasi merah biasanya. Nggak keras, katanya. Seporsi ayam bakar plus nasi dengan lalapan, sambal, dan sudah ada tahu tempe hanya Rp23.000 aja loh!

Makanan terenak selama ngetrip!
Setelah dari Punclut kita langsung cau balik ke penginapan dan bersiap - siap untuk hari esok. Yak! Hari ke tiga, hari kepulangan. Kita sampai di penginapan sekitar jam sepuluh malam.

Day 3

Kita check out dari guesthouse sekitar jam sepuluh. Sayang juga mau ninggalin tempat ini.. Nggak rela kalau liburan di Bandung udah mau abis, hahaha. Seperti biasa, hari ketiga ini kita usahakan untuk jalan - jalan pakai kaki dan transportasi angkot. Meskipun barang bawaan mulai lebih berat (karena baju kotor dan handuk), we were so ready to stroll around Bandung again! Untuk destinasi hari ketiga kita mau jalan - jalan di Braga Street. lanjut beli oleh - oleh di Cihampelas untuk orang rumah tersayang. Habis itu kita lanjut ke stasiun untuk mengejar kereta ke Jatinegara. Kepulangan kita kali ini nggak lagi naik travel, mau nyoba kereta dari Bandung ke Jakarta aja. Harga tiket kereta Bandung - Jakarta kita dapat Rp80.000 untuk kelas bisnis. 

See you soon!
Sampai di Braga kita masih belum ada niat untuk ngapa - ngapain di sana. Mau makan siang? Jatuhnya bakalan brunch, dan lagipula kita masih kenyang karena udah sarapan di guesthouse. Akhirnya kita nongkrong - nongkrong bentar di Circle K Braga, sekalian nunggu salah satu teman gue ketemu sama temennya dari Polban. 

Persimpangan dekat jalan Braga.
Setelah duduk - duduk bentar dan teman gue udah selesai urusannya dengan kawannya. Kita langsung menyusuri jalan di Braga. Bangunan - bangunan kuno terpampang di ruas - ruas jalan. Mungkin ini yang namanya Old Town-nya Bandung. Untuk tempat foto - foto bernuansa vintage, mungkin jalan Braga ini bisa jadi pilihan yang tepat. Walaupun kita sedang dalam keadaan tidak lapar, tapi karena ada aa kue cubit, kita jadi tergoda. Akhirnya belilah dua porsi kue cubit untuk kita berlima, satu setengah matang, dan satunya matang. Jangan salah, walaupun aa-nya jualan pakai gerobak, tapi disediakan rasa green tea juga loh! Seporsi kue cubit di sini dihargai Rp12.000. Enak dan banyak!
Foto ala - ala mumpung background lagi bagus.
Candid-nggak-candid photo.
Arts!
Any translator here? Hehe.
Aa kue cubits Family!
Penampakan kue cubit endeuss.
Setelah puas jalan - jalan di Braga, kita mutusin buat langsung ke Cihampelas aja. Jam menunjukkan jam setengah dua siang. Langsung lah kita naik angkot dua kali ke Cihampelas. Dikarenakan untuk sampai ke Cihampelas dari turunnya angkot, kita harus jalan. Jadilah kita istirahat sebentar di Masjid Cipaganti sekalian sholat dzuhur. Setelahnya, kita cari makan siang. Untuk makan siang kali ini kita pilih makan bakso dan mie yamin di warung tenda depan SD di Jalan Sastra. Makanannya lumayan enak, harganya gue lupa. Tapi kalau mie yaminnya tetep nggak ada yang bisa ngalahin Yamien 88 Cijantung (Padahal mie yamin dari Bandung, Nikita gimana sih? Huhu maapin #yamien88ftw). Kayaknya seporsi nggak sampai Rp15.000? Lupa. 

Sudah kenyang dan kita lanjutkan perjalanan kaki ini! Kita di Cihampelas bener - bener cuma nyari oleh - oleh. Nggak mampir ke Ciwalk atau masuk - masuk toko pakaian even toko jeans yang terkenal di Cihampelas. Kita putuskan untuk beli oleh - oleh di toko Odjolali Snack. Di sini lengkap banget, dari Kartika Sari, Amanda, Maicih, sampai Karuhun juga ada. Pokoknya lengkap dibandingkan harus ke storenya satu - satu. Dari sini langsung kita menuju stasiun dengan satu kali naik angkot.

Sampai di stasiun kita langsung siap - siap, dari ke kamar mandi, sholat ashar, dan nggak lupa untuk cetak tiket. Gue kebagian duduk sendirian, maksudnya nggak bareng sama teman - teman gue. Kalau mereka mah berdua - duaan. Tapi keuntungannya adalah.. Gue bisa kenalan sama teman duduk gue. Karena nggak mungkin tiga jam perjalanan gue nggak, at least, sapa - sapaan sama teman sebangku. Call her Teh Wulan. Teh Wulan ini asli Bandung, dia ke Jakarta karena katanya mau urus visa untuk pergi ke Ceko. "Nenek dari suamiku sakit, makanya aku mau ke sana April nanti." Teh Wulan sebenarnya masih kuliah di Bandung, semester akhir katanya. Tapi sudah menikah tahun kemarin. Yang buat aku terkagum sama Teteh ini adalah.. Secepat dan semuda itu dia udah berani buat komitmen pada suatu hubungan pernikahan. Apalagi setelah diketahui bahwa suaminya ialah seorang WNA. Yang budayanya sama aja belum tentu mudah menjalin hubungan, apalagi ini yang budayanya beda. Salut! "Kamu doain aku ya semoga cepat isi, aku pengen banget punya anak. Thomas apalagi." Can we all say aamiin for Teh Wulan? Semoga cepat isi, Teh! Aamiin.

Sampai di Jatinegara, berakhir sudah trip liburan Bandung gue kali ini. Tiga hari yang sangat menyenangkan dan sarat akan pelajaran. The perks of being a traveler are making and meeting some new friends. Maybe I still don't deserve to be called as traveler, remembering that I don't travel often, so sorry. But seriously we all need time to travel around cities or even countries, go somewhere we've never been before. Because you know, the older we get, the more difficult it is to have time to travel.

Mungkin Malang akan menjadi destinasi selanjutnya saat semester dua berakhir. Siapa tahu?


Love,
NM.

Thursday, February 5, 2015

To My Old Man


Assalammualaikum, Papah..

Apa kabar? Aku harap kenyamanan dan kebahagiaan di sana selalu melingkupi Papah. Di sini bisa dibilang kita semua sudah mulai terbiasa, aku, Mamah, dan Adek, semua sudah mencoba untuk kembali normal atas ketidaknormalan sebelumnya karena ada yang hilang, ada yang kurang di antara kami. Pah, sebenernya aku udah mau buat post ini dari 100 harinya Papah bulan Januari kemarin. Tapi maafkan kesalahan anakmu ini yang memang hobi menunda dari dulu hahaha.

Papah, it's been a hundred days since you're gone. Sometimes a part of me still can't believe that you aren't here anymore. Beruntungnya jadi manusia, aku masih diberikan kemampuan untuk dapat merekam dan mengingat hal - hal yang ku lakukan bersamamu dulu. Semuanya begitu nyata Pah saat aku menyorot balik kala itu. But well, life must go on right? 

Pah, banyak banget hal yang mau aku ceritain ke Papah, dari kehidupan aku di Semarang dan juga bagaimana liburan semesterku saat ini. Ah! Dan juga perubahan - perubahan yang terjadi di rumah. Aku kaget waktu pulang dari Semarang ke rumah, ternyata sekarang pagar harus digembok. Biasanya kalau ada Papah, pagar rumah pasti nggak pernah digembok. Karena kita yakin bahwa kita semua aman. Somewhile I hate when everything changes because you are gone. Like everything is not in the place as it used to be again. Call me a conservative, but yes, I hate it. Aku mau semuanya tetap pada biasanya, nggak ada yang berubah. Mamah masih tidur di kamarnya. Kolam masih terisi penuh. Pagar belum digembok. Makanan di meja selalu siap disantap. Komputer di ruang kantor selalu menyala. Mobil selalu jarang di garasi. But then again, I can not stop the changes. 

Dulu, Pah, setiap kita silahturahmi ke rumah - rumah sodara yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia, pasti aja akan ada suasana yang beda dari rumah itu. Suasana sepi. Dan aku nggak mau sebenarnya untuk menjadikan rumah ini menjadi sepi. Karena jelas berasa ada yang kosong. Ada yang pergi dan nggak akan pernah kembali lagi.

Oh iya, sekarang kita punya mbak. Untuk perubahan yang ini aku nggak sangsi sih, I'm fine with it. Walaupun awalnya aku juga mikir berkali - kali untuk menyetujukan alasan Mamah punya mbak lagi. Katanya Mamah suka sepi kalau di rumah dan Adek lagi main ke mana - mana. Walaupun sekarang Mamah juga nggak selalu stand by di rumah, apalagi kalau weekdays. Mamah sekarang sering ke kantor Pah, 8 to 5 pasti di kantor. Cie ada yang gantiin kerjaan Papah di kantor hahaha. 

Pah, aku kangen banget! Kangen banget! Kapan main - main? Bude, Mamah, Adek udah pernah main bareng Papah. Aku? Halah, sekali main nggak pernah interaksi. Kalau terus - terusan begini, aku berasa dianaktirikan nih, hahaha. Kemarin katanya waktu Papah main di mimpi Bude, Papah nggak mau dipeluk ya? Kenapa? Papah terlihat bahagia katanya, aku senang dengernya. Tapi lebih senang lagi kalau aku bisa buktiin sendiri. Tenang aja Pah, doa aku sama Adek insya allah nggak pernah putus, so you will always be happy there!

Biasanya kalau aku kangen Papah, aku cuma bisa flashback doang. You were so real, Pah! Untung ingatan ku masih tajam. Ini telinga juga masih bisa mendengar khas tawa Papah, apalagi intonasi dan nada bicara Papah. Senang juga ya kalau diingat - ingat, aku seenggaknya udah pernah keliling Semarang sama Papah. Makan di Simpang Lima malam - malam, dan motoran di daerah Tembalang, terus beli helm di bawah jembatan dekat tol. Helmnya selalu kepake kok Pah sekarang, tapi aku seringnya nebeng hahaha.

Aku kangen banget deh Pah jalan - jalan malam naik mobil sama Papah, atau nggak harus malam sih. Yang penting naik mobil sama Papah. Kita memang nggak punya aktivitas jalan - jalan malam. Tapi aku selalu rindu dan nyaman setiap pulang Inten dulu atau les LIA pulang dengan mobil. Kita juga jarang bicara ketika naik mobil. It's only silence between us. Tapi itu yang aku rindukan; keheningan akan ada. Setelah Papah nggak ada, ternyata jarang ya orang yang bawa kendaraan dengan diam. Banyak teman - temanku atau orang lain yang harus diajak ngobrol ketika berkendara, Biar nggak ngantuk, katanya. Padahal aku penikmat perjalanan dengan diam, apalagi kalau naik motor terus aku diharuskan ngobrol. Aku malah nggak enak sama yang berkendaranya, Pah, telingaku kayaknya budeg deh nih kalau di motor. Pasti sering "ha? ha? ha?" gitu hahaha.

Setelah aku belajar nyetir, Pah, ternyata aku tipikal orang yang sama kayak Papah waktu nyetir. Dibandingkan harus ngobrol, aku lebih milih untuk diam selama perjalanan. Dan kita sama - sama nggak gampang ngantuk saat berkendara, Pah! Oh iya, aku izin belajar nyetir ya Pah. Mamah juga, walaupun aku tahu Papah sangat melarang Mamah belajar mobil, Tapi kalau kita semua nggak bisa, nanti siapa yang akan pakai kendarannya? Kan kasian mobilnya.

Pah untuk tahun ini, izinkan aku mencoba peruntunganku lagi ya. Aku tahu memang Papah dari awal sudah memperbolehkan aku untuk ikut tes lagi. Buktinya waktu tahun lalu aku izin sama Papah, Papah mengiyakan dengan cepat. Kita itu memang benar - benar sama ya Pah, we love challenge! Umur buatku nggak masalah Pah, yang jadi masalah adalah ketika aku ngga bisa menggapai impianku, dan nggak bisa dekat dengan orang tersayang. 

Kalau ingat - ingat dulu, lucu juga ya Pah, aku dulu sering banget bilang ke Papah. "Pah, pokoknya aku mau kuliah yang jauh. Jauh banget kalau bisa. Aku mau jadi anak rantau aja." Terus Papah nanya, "kamu kenapa sih Kak, maunya kuliah jauh - jauh?" Aku nggak jawab, tapi dalam hati aku bilang, aku mau bebas. Meskipun aku nggak tau definisi bebasku itu apa. Nyesel? Nggak, aku nggak pernah nyesel pernah ngomong begitu Pah. Nggak tau ya, kenapa kok aku orangnya nggak gampang nyesel ya? Tapi sekarang aku tahu Pah, kalau aku nggak pernah ngomong dan kepikiran gitu, aku nggak akan tau rumahku. Aku pernah baca secarik tulisan, katanya, "pergilah, karena tak seorang pun dapat pulang tanpa terlebih dahulu pergi." Dan aku tahu ke mana aku harus pulang setelah aku pergi ini. 

Kalau Papah tanya apakah aku nggak betah di sana, nggak kok. Aku betah - betah aja. Tapi ya itu tadi, that place is not my home. I need my home around me, Pah. Dan satu hal yang mengganggu aku, I can not explore myself much there. I need to, but I can not. Atau mungkin belum ya? Entah, kalkulasiku untuk saat ini, keuntungan akan lebih banyak aku peroleh jika aku ada di rumah. Jadi tolong izinkan dan ridhoi ya, Pah?

Semenjak Papah nggak ada, kenapa aku malah lebih merasa aman ya? Semacam Papah selalu sama aku di manapun aku berada dan kapanpun itu. Sering banget waktu aku jalan - jalan sendirian dan aku nggak pernah merasa takut. Malah aku serasa lagi jalan - jalan sama Papah. Aku merasa aman. Atau saat aku harus pulang di atas jam sembilan dan naik angkutan umum, aku nggak takut sama sekali karena sugesti ku, Papah sedang bersamaku juga. 

Pah, ada berita bahagia loh! Kak Shinta udah lahiran sekarang, katanya itu pengganti Papah. Laki - laki juga, jadi Adek ada teman mainnya deh. Namanya Alden, dipanggil Al. Kenapa ya sekarang banyak banget nama Al buat bayi - bayi? Papah udah liat belum bayinya? Mampir - mampir aja ke rumah kak Shinta, hahaha.

Pah, aku kadang ngerasa iri. Iri sama Papah. Kenapa kok kayaknya nggak adil ya, Papah ditinggal sama Mbah ketika Papah udah berkeluarga? Nah aku sama Adek? Umur belum sampai 20 tapi kok Papah udah pergi aja? Iya, aku tau, memang nggak akan ada yang pernah tau kapan maut akan menjemput, Tapi tetap aja buatku ini terlalu cepat. Jadinya kan aku sama Adek nggak punya banyak waktu untuk membahagiakan Papah.

I think this is the end of my letter to you. Boleh berharap untuk dibalas nggak nih, Pah? Hahaha. I wish you are doing good up there, Papah. I love you.


Love,
NM.