Monday, March 9, 2015

Peluk

The only thing that I need
A lot
This time,
I wish you were here

Because I don't think
I could pass this


Love,
NM.

Tuesday, March 3, 2015

A Cynical or A Hopeless Romantic?

"Kita sebenernya hopeless romantic tau nggak sih? Cuma sok - sokan cynical about love aja."
"Apa jangan - jangan orang yang cynical sama cinta tuh emang hopeless romantic kali ya? Cuma pake tameng aja cynical."
"Iya sih, kayaknya gitu."
"Kita aja demennya nonton romcom, drama, terus pas nonton itu kita gemes - gemes sendiri. Langsung pengen punya pacar."
"Eh tapi malah pas disodorin cowok, kita yang ogah - ogahan."
"Kayaknya kita punya dunia sendiri deh.. Jadi laki - laki yang kita pengenin adanya cuma di dunia kita doang."
"Atau laki - laki yang ada di film - film itu, udah jadi standar sendiri buat kita."

Kalau membicarakan tentang cinta, cowok, dan jodoh, mungkin mulut akan susah untuk disuruh berhenti. Tapi jelas, ngomongin hal diatas juga nggak akan mudah untuk dimulai. Apalagi buat gue dan teman - teman gue. Tiga perempuan yang suka sinis soal cinta, suka geli kalau liat pasangan mesra - mesra nanya nggak penting ke pasangan lainnya semisal "lagi apa? Lagi di mana?", dan kesukaan yang paling nggak bisa ditolerir--suka kesal semisal ada laki - laki yang mulai memperlihatkan gerak - gerik aneh towards us. If you know what I mean.

Tapi padahal, kita cuma a hopeless romantic. Perempuan - perempuan yang hobby nonton drama, nonton film genre romantic comedy. Film yang kalau ada adegan sweetnya kita bakalan merengek - rengek nggak jelas, pingin punya pacar saat itu juga. Jadi bingung, sebenarnya kita ini apa? Ini namanya apa?

A hopeless romantic traps in a human body who is cynical about love?

Mantap. Bisa jadi.

"Jodoh itu bener ada di tangan Tuhan nggak sih?", salah satu teman gue nanya dalam percakapan tersebut.
Gue dan teman gue satunya nggak bisa jawab. Kalau emang jodoh udah ada di tangan Tuhan, kenapa kita mesti repot - repot nyari? Sedangkan yang pasti ditanamkan dari orang tua adalah kalimat - kalimat seperti: "nanti kamu kalau cari pasangan yang blah blah blah." Well, tolong underline bold dan italic kata 'cari'. Kenapa kok kita masih disuruh cari? Kan jodoh udah ada di tanganNya?

Lucu ya, tapi aneh.

Katanya, "Biar jodoh ada di tangan Tuhan, seenggaknya kamu ikut cari mana yang terbaik dari yang baik yang ada di tangan Tuhan."

But still, for today and maybe later, a companion isn't truly a need for me. Masih nggak menjadikan itu kepentingan dan kebutuhan. As long as I can do by my own, who needs a companion when loneliness kills you and you are the one who is responsible with that?


Love,
NM.