Thursday, May 25, 2017

To My Unrequited Love

Bali, 2013. Taken with Braun SR2000.

No more you, I guess.

Saya selalu punya pertanyaan yang saya simpan baik – baik selama enam tahun belakangan ini. Pertanyaan yang saya pikir mungkin tidak akan pernah terjawab—yang entah sampai kapan. Pertanyaan yang akan jadi bumerang buat saya sendiri toh kalau itu terjawab. Dan nyatanya benar, pertanyaan yang saya simpan selama itu, kini sudah waktunya terjawab. 

Ada alasan kenapa saya bisa selama itu menyimpan sebuah pertanyaan. Ya apalagi kalau bukan kesiapan diri? Meski boleh saya akui, saya nggak siap – siap banget kok. At the end of the time when the question was already answered, I still feel hurt.

Buat saya pribadi, menanyakan soal cinta kepada orang yang bersangkutan itu nggak gampang. Sama sekali nggak. Tapi di sini, saya butuh kejelasan. At least, untuk diri saya pribadi. Biar apa? Buat apa? Well setidaknya, buat diri saya bisa dengan mudah nantinya merencanakan masa depan saya. Should I put you on my future plan, or not.

Dan kesimpulan yang bisa saya ambil dari jawabannya adalah: you're only in the past who will never be in my future.

You are only in the past, who will never be in my future.

Saya udah ketok palu sejak mendapatkan jawaban itu. Jawaban yang lucunya, sudah saya antisipasi. Jawaban yang mungkin di dalam hati saya adalah jawaban yang saya harapkan. Jawaban yang membenarkan asumsi saya, bahwa:

You know how much I love you, but you just don’t love me.

Mungkin saya terkesan sok tau, mungkin ada yang salah dengan pemikiran saya. But the word “sorry” told everything. Kata “maaf” pada saat itu menjelaskan segalanya, even segala pertanyaan yang tidak saya sampaikan. 

Dan ya, I have had enough of you. Cukup. Sudah. Selesai. 

“I can say that you’re disappointed with me, right?”
“Nope, but let just give it a try. I want to see.” –A. 

“Capek nggak sih lo punya temen kayak gue yang bilang mau move on tapi nggak move on – move on?”
“Nggak capek sih, cuma sedih guenya.” –G. 

“Pea banget deh dia. Lu juga. Sebenernya lu harus dari lama emang nggak usah berharap lagi sama dia. Karena kalo dia suka sama elu pasti dia bakal ngejar lu. Simple.” –H.

“Udah yak kali ini bener bener udahan sama dia. Kali ini lo beneran harus move on menatap ke depan jangan ke belakang lagi. Ya mungkin emang susah awalnya tapi lama – lama bisa kok. Just try it.” –M. 

I don’t want to wait anymore—waiting for you or waiting for the magic happens. Goodbye.


Love,
NM.