Thursday, January 7, 2016

Halo, Aku Biru Artworks


Halo, aku biru
Sedang apa kau disana?
Masih mengingat aku?
Aku si biru
Aku selalu sedih, tapi bukan karena kau
Aku selalu murung, juga buka karena kau
Tapi karena kemunafikan kita berdua

Aku meliriknya lagi. Lalu menghela nafas, lagi. Entah aku sudah melakukannya berapa kali semenjak lelaki ini duduk disampingku, tanpa memulai sebuah pembicaraan.

Aku kembali menghela nafas. Tidak biasanya lelaki itu menghampiriku dan hanya duduk terdiam. Biasanya dia akan berbicara, melupakan segala macam titik koma, tidak bisa berhenti bicara. Jujur saja aku heran. Mungkin saja ia ada masalah, tapi aku tidak mau ambil pusing. Tapi hatiku tetap mempertanyakan sikapnya. Apa aku khawatir? Entahlah. Aku tidak mau bersikap peduli.

Sejak awal, hubungan antara aku dan dia sama sekali tidak ada rasa didalamnya. Mungkin hanya buatku, mengingat dialah yang memintaku untuk menjadi kekasihnya. Hubungan ini hanya berawal dari kesalahpahaman. Dan bodohnya, aku sama sekali tidak meluruskan kesalahpahaman itu, dan membiarkannya terus berlanjut seperti ini.

Aku menyukai orang lain. Tentu saja bukan dia. Orang yang dari dulu tidak pernah bisa aku jangkau. Bahkan ketika aku mengulurkan tanganku panjang-panjang. Orang yang selamanya hanya aku bisa tatap dari belakang, tanpa bisa menyentuhnya barang sedikitpun.

Dan lelaki ini kemudian masuk dalam hidupku begitu saja. Aku merasa berdosa telah membuatnya merasakan perasaan itu sendiri. Tapi aku tidak tega mengatakan padanya. Ia terlalu baik, dan aku akan menjadi orang terjahat didunia bila menyakitinya lebih dari ini.

Lamunanku terhenti ketika ia mengeluarkan suaranya. “Menurut kamu, aku ini berarti apa? Apa aku termasuk bagian penting dari hidup kamu?”

Aku terdiam. Sama sekali tidak tahu—benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

“Aku tahu dia merupakan bagian terpenting dalam hidup kamu. Tapi, benar tidak ada tempat untukku? Sampai selama ini… Apa kamu benar-benar tidak bisa melihatku?”

Aku tertohok. Lelaki ini mengetahui semuanya—perasaanku, orang itu, dia mengetahuinya. Aku melihat kearahnya. Menatapnya dengan semua rasa bersalah yang aku punya. Ketika aku melihat manik matanya, aku menunduk. Dia terlihat begitu sakit.

“Kamu orang baik…” lirihku.

“Tapi gak bisa membuat kamu suka sama aku ‘kan?”

Aku menggigit bibir bawahku. “Maaf… Aku yang salah, aku—“

“Lebih baik selesai sampai disini ‘kan? Kamu gak perlu repot-repot menjaga perasaanku lagi. Cukup aku saja yang menjaga semuanya—perasaanku, rasa sayangku sama kamu. Biar aku aja yang menyimpannya.”

Rasanya sesak. Aku tidak tahu, tapi rasanya sesak sekali. “Maafin aku…”

Dia mengelus kepalaku—sangat nyaman. Kemudian tersenyum lembut. “Terima kasih untuk selama ini. Meskipun kamu gak pernah suka sama aku, seenggaknya aku merasakan pernah memiliki kamu.”

Hanya mengingatmu saja dada sesak, mata hujan
Itulah aku biru
Kau munafik, begitupun biru
Tak ada perbedaan bukan?

Kejadian itu sudah lama berlalu, dan rasa kosong mulai melingkupi hatiku. Sejak kepergiannya, seperti ada lubang yang menganga lebar didadaku. Aku kehilangan. Aku baru sadar kalau kehadirannya begitu mempengaruhi hidupku—dan bodohnya, aku baru sadar ketika ia benar-benar pergi, dan tak bisa kembali lagi.

Dadaku sesak. Ketika waktu itu, secara tidak sengaja aku melihatmu bersama wanita lain. Kamu terlihat begitu bahagia—aku senang, dan cemburu disaat bersamaan. Biasanya aku yang menikmati senyum lebarmu, yang melihat mata teduhmu. Tapi sekarang semuanya sudah bukan untukku lagi. Kamu sudah bukan milikku lagi.

Kamu bilang, kamu akan menjaga perasaanmu padaku. Kamu bilang, kamu akan selalu menjaganya. Tapi bagaimana dengan sekarang?

Aku sadar kalau ini sangatlah egois. Memilikimu, tetapi menyerahkan hatiku pada orang lain. Dan setelah kamu pergi, aku tidak ingin hatimu dimiliki orang lain. Hanya boleh buatku. Aku menyesal—dan sangat menyesali penyesalan yang datang selalu terlambat.

Tapi, apakah cinta juga datang selalu terlambat?

Ya memang, karena kita satu
Tapi itu, dahulu
Dan kini, tak ada arti

---------

To be surrounded by creative people is one of my wishes, so I thank to God for sending me these guys, Saras Hanin and Fahmi Maulana. The illustration up there was created by the talented Fahmi and that melancholy-slash-romantic-slash-tragic story was created by the brilliant Saras. I thank you guys for making such lovely artworks based on my poem here! *terharu*

Yes, this post is dedicated to Saras and Fahmi, my good, creative, and inspiring friends. Once again, thank you.

Saturday, January 2, 2016

It Only Takes One Event

Wicak, one of my favorite main characters in Negeri Van Oranje, said that it only takes one event to remember someone; even he didn't remember his/her name. He only remembered someone's good deeds, he noticed every detail, every little nice thing that someone did to him. Like how a baker gave him a free bread, how a barber gave him a free cut to his messy hair, and how he remembered Lintang as a woman who willingly accompanied him to pick his friend at the airport in the early morning--and she already took a bath. Yes, that's how Wicak remembered people.

After watching that movie, one of my good friends asked me, "if you can't remember his name, then what event will you use to remember him?" I made a silence, I couldn't immediately answer the question. But then I said, "if one day I couldn't remember his name, maybe that time when he came to my friend's home with his body poured by his perfume--and he really smelled good--will be the event I will use."

Yes, it only takes that one event to make me fall in love with you. Well, maybe love is such a strong word. Maybe that time was the time when I started to admire you. That Sunday morning; the first time I laid my eyes on you and I couldn't stop. And until now, I still remember the smell of your perfume.

I was at the tipping point when I told my good boy friend that I intend to open my heart again after a long time closed and said that I'm tired of being nuts--for secretly in love and never confess this feeling. He said to me that I should stop, I should stop doing this thing. But, how come I stop doing something that actually makes me happy even for a little bit?

Liam Neeson ever said that "Everyone gets these things confused with love, but in reality, love is the only thing in this world that covers up all pain and makes someone feel wonderful again. Love is the only thing in this world that does not hurt." And it is true.

"Kan, akhirnya nurut juga lu. Lu terlalu nganggep dia yang terbaik sih. Padahal kalo begitu terus ampe kapanpun di otak lu ya cuma dia doang."
"Ya habis emang dia yang terbaik dong, gimana?"
"Kata siapa terbaik? Lu mah, nggak bakal terealisasikan target lu, Nik, kalo gini terus. Nunggu tuh cuma dua kemungkinan, dia ke elu, atau lu nggak bakal pacaran sama sekali. Mungkin nggak nikah."
"Kok jahat?!"
"Ya makanya move on, Nik. Bertahan tanpa alasan jelas juga bahaya, pikir tuh jauh ke depan. How long is waiting? How long is forever? Until he married another girl and you will be still waiting in vain?"

If falling for you only takes one event, then I hope, it only takes one event also to repel this feeling.

Anyway, happy new year 2016! Have the greatest year ahead and may happiness, love, and luck be with you. 


Love,
NM.